Inna wa akhwatuhaPicture by mafhumuna

Inna wa akhwatuha (إن وأخواتها) merupakan bagian dari ‘amil nawasikh yang masuk terhadap susunan mubtada khabar, selain Kaana wa akhwatuha (كان وأخواتها) dan Dzonna wa akhwatuha (ظن وأخواتها). Inna wa akhwatuha merupakan kumpulan huruf yang merubah status hukum mubtada khabar. Untuk lebih jelas, berikut penjelasan mengenai inna wa akhwatuha:

Fungsi Inna wa Akhwatuha (إن وأخواتها)

Inna wa akhwatuha berfungsi “menashobkan isim (inna) dan merofa’kan khobarnya” (تَنْصِبُ الْاِسْمَ وَتَرْفَعُ الْخَبَرَ). Asal dari isim dan khobar inna tersebut merupakan mubtada dan khobar. Perhatikan contoh berikut:

عَلِيٌّ طَبِيْبٌ

Ada tambahan inna menjadi:

إِنَّ عَلِيًّا طَبِيْبٌ

Berdasarkan contoh tersebut, bisa kita amati bagaimana struktur mubtada khobar berubah ketika ada tambahan إنَّ. Pada kalimat pertama, sebelum ada inna, lafadz عَلِيٌّ berkedudukan sebagai mubtada dan ٌطَبِيْب sebagai khobar mubtada. Akan tetapi, setelah ada tambahan inna, علي menjadi isim inna dan طبيب menjadi khobar inna. Selain itu, i’rob lafadz علي terjadi perubahan. Ketika berada pada posisi mubtada, lafadz علي ber i’rob rofa’. Sedangkan ketika menjadi isim inna, berubah menjadi i’rob nashob عَلِيًّا.

Selain inna, terdapat huruf-huruf lain yang beramal serupa dengan inna. Huruf-huruf tersebut termasuk sebagai akhwat inna, di antaranya: anna (أنّ), lakinna (لكنَّ), ka’anna (كأنّ), laita (ليت), la’alla (لعلَّ).

Makna Inna wa akhwatuha beserta contohnya

Inna wa akhwatuha mempunyai makna masing-masing. Berikut makna inna wa akhwatuha beserta contohnya:

1. إِنّ dan أَنَّ

Mempunyai arti “sesungguhnya”, dan bermakna “menguatkan” (التوكيد). Dengan adanya tambahan huruf inna (إِنَّ) atau anna (أَنَّ) yang masuk ke dalam struktur mubtada khabar, maka makna mubtada khobar tersebut menjadi kuat, contoh: إِنَّ عَلِيًّا طَبِيْبٌ artinya “sesungguhnya Ali adalah seorang dokter”

Pada dasarnya, inna (إِنَّ) dan anna (أَنَّ) mempunyai arti dan makna yang sama, yaitu “sesungguhnya” dan bermakna li taukid (للتوكيد) untuk menguatkan. Akan tetapi, yang membedakan keduanya adalah harokat hamzah-nya. Yang pertama harokatnya kasroh (إِنَّ) dan yang kedua harokatnya fathah anna (أَنَّ). Lantas, kapan hamzah inna berharokat kasroh dan kapan berharokat fathah?

Hamzah Inna berharokat kasroh

Hamzah inna tetap berharokat kasroh, ketika:

  • Berada di awal kalimat, contoh: إِنَّ عَلِيًّا طَبِيْبٌ artinya “sesungguhnya Ali adalah seorang dokter”
  • Berada di awal silah maushul, contoh: جَاءَ الَّذِيْ إِنَّهُ قَائِمٌ artinya “telah datang seseorang yang sesungguhnya di berdiri”
  • Berada pada nash sumpah dan khobar inna-nya menggunakan lam ibtida, contoh: وَاللهِ إِنَّ عَلِيًّا لَطَبِيْبٌ “Demi Allah! Sesungguhnya Ali benar-benar seorang dokter”
  • Berada pada awal pembicaraan, contoh: قُلْتُ إِنَّ عَلِيًّا طَبِيْبٌ “Aku berkata; sesungguhnya Ali seorang dokter”
  • Berada pada posisi hal, contoh: زُرْتُ عَلِيًّا وَإِنِّيْ ذُوْ أَمَلٍ artinya “aku mengunjungi Ali seraya aku benar-benar berkhayal”
  • Berada setelah fi’il yang di ta’liq oleh lam ibtida’, contoh: إِعْلَمْ إِنًّ عَلِيًّا لَذُو تُقَى artinya “ketahuilah! Seseungguhnya Ali orang yang bertakwa”

Ketentuan-ketentuan tersebut sesuai dengan bait alfiyah berikut:

فَاكْسِرْ فِي الْاِبْتِدَا وَفِي بَدْءٍ صِلَةْ          *          وَحَيْثُ إِنَّ لِيَمِيْنٍ مُكْمِلَةْ

أَوْ حَكِيَتْ بِالْقَوْلِ أَوْ حَلَّتْ مَحَلْ            *          حَالٍ كَزُرْتُهُ وَإِنِّيْ ذُوْ أَمَلْ

وَكَسَّرُوْا مِنْ بَعْدِ فِعْلٍ عُلِّقَ                 *          بِاللَّامِ كَاعْلَمْ إِنَّهُ لَذُوْ تُقَى

Hamzah Inna berharokat fathah

Hamzah inna bisa barharokat fathah, menjadi anna (أَنَّ), ketika:

  • Menjadi fa’il, contoh: يُعْجِبُنِيْ أَنَّ عَلِيًّا طَبِيْبٌ artinya “mengagumkan, sesungguhnya Ali seorang dokter”
  • Menjadi maf’ul bih, contoh: سَمِعْتُ أَنَّ عَلِيًّا طَبِيْبٌ artinya “aku mendengar bahwa sesungguhnya Ali seorang dokter”
  • Menjadi majrur, contoh: عَجِبْتُ مِنْ أَنَّ عَلِيًّا طَبِيْبٌ artinya “aku kagum, bahwa sesungguhnya Ali seorang dokter”

Keterangan tersebut sesuai dengan bait alfiyah berikut:

وَهَمْزَ إِنَّ افْتَحْ لِسَدِّ مَصْدَرِ     *          مَسَدَّهَا وَفِي سِوَى ذَاكَ اكْسِرِ

2. لَكِنَّ (lakinna)

Mempunya arti “tetapi” atau “akan tetapi” dan maknanya yaitu “menyangkal” (الاستدراك). Perhatikan contoh berikut:

عَلِيٌّ جَاهِلٌ لَكِنَّهُ صَالِحٌ

“Ali orang yang bodoh akan tetapi dia orang yang sholeh”

3. كَأَنَّ(ka’anna)

Mempunyai arti “seperti” atau “seakan-akan”, dan bermakna “menyerupakan” (للتشبيه). Perhatikan contoh berikut:

كَأَنَّ عَلِيًّا أَسَدٌ

“Ali seperti singa”

4. لَيْتَ (laita)

Mempunyai arti “seandainya”, dan bermakna “angan-angan” (للتمني). Perhatikan contoh berikut:

لَيْتَ الشَّبَابَ رَاجِعٌ

“seandainya masa muda kembali”

5. لَعَلَّ (la’alla)

Mempunyai arti “semoga” atau “supaya”, dan bermakna pengharapan (للتراجي والتواقع). Perhatikan contoh berikut:

لَعَلَّ عَلِيًّا نَاجِحٌ

“semoga Ali sukses”

Baca juga:

Kaana Wa Akhwatuha (كان وأخواتها); Amil Nawasikh

Dzonna Wa Akhwatuha (ظن وأخواتها); Amil Nawasikh

Mubtada Khobar; Pengertian, Contoh, dan Jenisnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *