Contoh Maful Bih;
Di antara struktur kalimat bahasa Arab yang sering kita temui di dalam teks-teks berbahasa Arab adalah maf’ul bih. Kedudukan maful bih terhadap fi’il muta’addi (kata kerja transitif) sama pentingnya seperti fa’il terhadap fi’il lazim (kata kerja intransitif). Untuk lebih jelasnya, mari kita simak penjelasan mengenai maf’ul bih berikut. Baca sampai akhir agar lebih mudah faham.
Pengertian Maful Bih
Untuk memahami maf’ul bih, lebih dulu kita ketahui definisinya. Manurut bahasa, yaitu:
مَا وَقَعَ عَلَيْهِ الْفِعْلُ
“Sesuatu yang terkena pekerjaan (fi’il)”.
Secara bahasa, dapat kita ketahui bahwa maf’ul bih adalah sesuatu yang terkena pekerjaan. Artinya, maful bih merupakan target dari pekerjaan yang fa’il kerjakan. Dalam konteks bahasa Indonesia maful bih disebut sebagai objek.
Menurut istilah, dalam kitab jurumiyah, Syekh Shonhaji memberikan definisi sebagai berikut:
الاِسْمُ الْمَنْصُوْبُ الَّذِيْ يَقَعُ بِهِ الْفِعْلُ
“Isim yang dinashobkan yang terkena pekerjaan”
Sedangkan dalam kitab al-Nahwu al-Wadhih, yaitu:
اِسْمٌ مَنْصُوْبٌ وَقَعَ عَلَيْهِ فِعْلُ الْفَاعِلِ
“Isim yang dinashobkan yang terkena pekerjaannya fa’il”
Berdasarkan definisi tersebut dapat kita simpulkan bahwa maf’ul bih, yaitu:
- Terbuat dari isim, baik berupa nama orang, nama benda, hewan dan lainnya.
- Beri’rob nashob. Nashob identik dengan harokat fathah (ـــَـــ). Akan tetapi, nashobnya maful bih bermacam-macam, tidak hanya fathah saja, bisa berupa alif (ا), kasroh (ــِــ), dan ya (ي).
- Terkena pekerjaan. Di antara ciri bahwa kata tersebut berkedudukan sebagai maful bih yaitu terkena pekerjaan fail (yang mengerjakan)
Contoh Maful Bih
Berikut contoh-contoh maful bih berdasarkan tanda nashobnya:
اِشْتَرَى عَلِيٌّ الْقَلَمَ (Ali (telah) membeli sebuah pulpen) – I’rob nashob dengan fathah
دَعَا صَفْيَانُ أَبَاهُ (Sofian (telah) memanggil ayahnya) – Ir’ob nashob dengan alif
نَصَرَتْ فَاطِمَةُ الْمُسْلِمَاتِ (Fatimah (telah) menolong banyak muslimah) – Ir’ob nashob dengan kasroh
رَأَيْتُ الزَّيْدَيْنِ (saya (telah) melihat dua Zaid) – Ir’ob nashob dengan ي
Pada contoh pertama, maf’ul bihnya adalah kata الْقَلَمَ, contoh kedua kata أَبَاهُ, contoh ketiga kata الْمُسْلِمَاتِ dan contoh keempat kata الزَّيْدَيْنِ. Dari keempat contoh tersebut bisa kita amati semuanya terbentuk dari isim. Dari segi i’rob, semuanya beri’rob nashob dengan tanda nashob pada contoh pertama berupa harokat fathah (ــَــ), contoh kedua alif (أ), contoh ketiga harokat kasroh (ــِــ), dan contoh keempat ya (ي). Selain itu, semuanya merupakan objek atau sasaran dari pekerjaan pelaku, yaitu “melihat”.
Sebagai catatan, fi’il yang terdapat maf’ul bihnya adalah fi’il muta’addi (الفعل المتعدي), yang dalam bahasa Indonesia termasuk dalam kategori kata kerja transitif. Pada praktiknya, fi’il muta’addi membutuhkan objek, contoh seperti lafadz رَأَيْتُ الْقَلَمَ (saya (telah) melihat sebuah pulpen), dengan maful bihnya yaitu الْقَلَمَ (pulpen). Jika pada contoh tersebut maful bihnya tidak ada, hanya terdapat kalimat رَأَيْتُ (saya telah melihat) saja, maka kalimat tersebut belum bisa difahami maknanya secara sempurna. Sehingga muncul pertanyaan dari pendengar, seperti “apa yang kamu lihat?”.
Walaupun demikian, maf’ul bih bisa saja dibuang dengan catatan antara mutakallim (pembicara) dan mukhathab (lawan bicara) sudah mengetahui maksud dari maf’ul bihnya. Contohnya seperti percakapan berikut:
هَلْ قَدْ رَأَيْتَ الْقَلَمَ؟ (apakah kamu melihat sebuah pulpen)
نَعَمْ، قَدْ رَأَيْتُ (iya, saya melihatnya)
Pada konteks percakapan tersebut, yang menjawab pertanyaan tidak menambahkan maful bihnya, padahal fi’ilnya berupa fi’il muta’addi (kata kerja transitif). Hal tersebut boleh terjadi karena maf’ul bih yang dimaksud sudah diketahui bersama yaitu الْقَلَمَ yang terdapat pada ungkapan penanya.
Macam-macam maf’ul bih
Maf’ul bih terbagi dua, yaitu maful bih isim dzohir dan maful bih isim dhomir.
Maf’ul bih isim dzohir
Menurut bahasa, dzohir artinya muncul atau nampak. Sedangkan menurut istilah ahli nahwu, isim dzohir yaitu isim yang tidak terikat dengan ikatan mukhathab, ghaib dan mutakallim. Contoh maful bih isim dzohir sudah dibahas sebelumnya, seperti:
اِشْتَرَى عَلِيٌّ الْقَلَمَ (Ali (telah) membeli sebuah pulpen)
دَعَا صَفْيَانُ أَبَاهُ (Sofian (telah) memanggil ayahnya)
نَصَرَتْ فَاطِمَةُ الْمُسْلِمَاتِ (Fatimah (telah) menolong banyak muslimah)
رَأَيْتُ الزَّيْدَيْنِ (saya (telah) melihat dua Zaid)
Contoh yang pertama maf’ul bihnya الْقَلَمَ, yang kedua أَبَاهُ, yang ketiga الْمُسْلِمَاتِ, dan yang keempat الزَّيْدَيْنِ. Semua contoh maful bih tersebut tidak terikat mukhathab, ghaib, ataupun mutakallim. Lebih jelasnya, semuanya terlihat lafadznya (nampak) dan bukan isim dhomir.
Maful bih isim dhomir
Secara bahasa, dhomir (ضمير) mempunyai arti kata ganti. Ada juga yang mengatakan bahwa dhomir kebalikan dari dzohir, yaitu tidak muncul atau tidak nampak. Maksudnya, maf’ul bih yang terbentuk dari isim dhomir tidak nampak jelas secara lafadznya seperti halnya isim dzohir. Sedangkan menurut istilah ahli nahwu, isim dhomir yaitu isim yang terikat dengan ikatan mukhathab (kata ganti orang kedua), ghaib (kata ganti orang ketiga) dan mutakallim (kata ganti orang pertama).
Maf’ul bih isim dhomir merupakan maful bih yang terbentuk bukan dengan kata aslinya, contoh seperti kalimat رَأَيْتُ الْقَلَمَ (saya (sudah) melihat pulpen) dengan maf’ul bihnya kata الْقَلَمَ. Jika dirubah menggunakan isim dhomir, maka menjadi رَأَيْتُهُ (saya sudah melihatnya). Maful bih yang terdapat pada contoh tersebut adalah dhomir هُ (dia / -nya) yang merupakan kata ganti lafadz الْقَلَمَ.
Adapun maf’ul bih isim dhomir terbagi menjadi dua, yaitu muttashil/متصل (nempel) dan munfashil/منفصل (terpisah). Maful bih isim dhomir muttashil yaitu maful bih berbentuk isim dhomir yang secara tulisan menempel dengan fi’ilnya, contoh رَأَيْتُهُ. Maful bih ـهُ pada contoh tersebut tersambung dengan fi’ilnya. Sedangkan maful bih isim dlomir munfashil yaitu maful bih isim dhomir yang terpisah dari fi’ilnya, contoh seperti lafadz رَأَيْتُ إِيَاهُ. Lafadz إِيَّاهُ pada contoh tersebut terpisah dengan fi’ilnya.
Maful Bih Isim Dhomir Muttashil
Untuk lebih lengkapnya, berikut tabel contoh maf’ul bih isim dhomir muttashil:
Maful Bih Isim Dhomir Muttashil
Untuk lebih lengkapnya, berikut tabel contoh maf’ul bih isim dhomir muttashil:
No. | Isim Dhomir | Maknanya | Bentuk Muttashil | Contoh Kalimat Maf’ul Bih |
---|---|---|---|---|
1 | هُوَ | Dia (untuk 1 laki-laki) | ـهُ | رَأَيْتُهُ (saya melihatnya/dia) |
2 | هُمَا | Mereka (untuk 2 laki-laki) | هُمَا | رَأَيْتُهُمَا (Aku telah melihat mereka) |
3 | هُمْ | Mereka (untuk 3 laki-laki/lebih) | هُمْ | رَأَيْتُهُمْ (Aku telah melihat mereka) |
4 | هِيَ | Dia (untuk 1 perempuan) | هَا | رَأَيْتُهَا (Aku telah melihatnya/dia) |
5 | هُمَا | Mereka (untuk 2 perempuan) | هُمَا | رَأَيْتُهُمَا (Aku telah melihat mereka) |
6 | هُنَّ | Mereka (untuk 3 perempuan/lebih) | هُنَّ | رَأَيْتُهُنَّ (Aku telah melihat mereka) |
7 | أَنْتَ | Kamu (untuk 1 laki-laki) | كَ | رَأَيْتُكَ (Aku telah melihat kamu) |
8 | أَنْتُمَا | Kalian (untuk 2 laki-laki) | كُمَا | رَأَيْتُكُمَا (Aku telah melihat kalian) |
9 | أَنْتُمْ | Kalian (untuk 3 laki-laki/lebih) | كُمْ | رَأَيْتُكُمْ (Aku telah melihat kalian) |
10 | أَنْتِ | Kamu (untuk 1 perempuan) | كِ | رَأَيْتُكِ (Aku telah melihat kamu) |
11 | أَنْتُمَا | Kalian (untuk 2 perempuan) | كُمَا | رَأَيْتُكُمَا (Aku telah melihat kalian) |
12 | أَنْتُنَّ | Kalian (untuk 3 perempuan/lebih) | كُنَّ | رَأَيْتُكُنَّ (Aku telah melihat kalian) |
13 | أَنَا | Saya (Untuk 1 laki-laki atau perempuan) | تُ | رَأَيْتَنِيْ (Kamu telah melihatku) |
14 | نَحْنُ | Kita atau Kami (Untuk 2 /lebih baik laki-laki atau perempuan) | نَا | رَأَيْتَنَا (Kamu telah melihat kami) |
Maful Bih Isim Dhomir Munfashil
Berikut tabel contoh maf’ul bih isim dhomir munfashil:
No | Isim Dhomir | Maknanya | Bentuk Munfashil | Contoh kalimat Maf’ul Bih |
---|---|---|---|---|
1 | هُوَ | Dia (untuk 1 laki-laki) | إِيَّاهُ | رَأَيْتُ إِيَّاهُ (saya melihatnya/dia) |
2 | هُمَا | Mereka (untuk 2 laki-laki) | إِيَّاهُمَا | رَأَيْتُ إِيَّاهُمَا (Aku telah melihat mereka) |
3 | هُمْ | Mereka (untuk 3 laki-laki/lebih) | إِيَّاهُمْ | رَأَيْتُ إِيَّاهُمْ (Aku telah melihat mereka) |
4 | هِيَ | Dia (untuk 1 perempuan) | إِيَّاهَا | رَأَيْتُ إِيَّاهَا (Aku telah melihatnya/dia) |
5 | هُمَا | Mereka (untuk 2 perempuan) | إِيَّاهُمَا | رَأَيْتُ إِيَّاهُمَا (Aku telah melihat mereka) |
6 | هُنَّ | Mereka (untuk 3 perempuan/lebih) | إِيَّاهُنَّ | رَأَيْتُ إِيَّاهُنَّ (Aku telah melihat mereka) |
7 | أَنْتَ | Kamu (untuk 1 laki-laki) | إِيَّاكَ | رَأَيْتُ إِيَّاكَ (Aku telah melihat kamu) |
8 | أَنْتُمَا | Kalian (untuk 2 laki-laki) | إِيَّاكُمَا | رَأَيْتُ إِيَّاكُمَا (Aku telah melihat kalian) |
9 | أَنْتُمْ | Kalian (untuk 3 laki-laki/lebih) | إِيَّاكُمْ | رَأَيْتُ إِيَّاكُمْ (Aku telah melihat kalian) |
10 | أَنْتِ | Kamu (untuk 1 perempuan) | إِيَّاكِ | رَأَيْتُ إِيَّاكِ (Aku telah melihat kamu) |
11 | أَنْتُمَا | Kalian (untuk 2 perempuan) | إِيَّاكُمَا | رَأَيْتُ إِيَّاكُمَا (Aku telah melihat kalian) |
12 | أَنْتُنَّ | Kalian (untuk 3 perempuan/lebih) | إِيَّاكُنَّ | رَأَيْتُ إِيَّاكُنَّ (Aku telah melihat kalian) |
13 | أَنَا | Saya (Untuk 1 laki-laki atau perempuan) | إِيَّايَ | رَأَيْتَ إِيَّايَ (Kamu telah melihatku) |
14 | نَحْنُ | Kita atau Kami (Untuk 2 /lebih baik laki-laki atau perempuan) | إِيَّانَا | رَأَيْتَ إِيَّانَا (Kamu telah melihat kami) |
Baca juga:
Fail (فاعل); Pengertian, jenis dan contohnya
Mubtada Khobar; Pengertian, Contoh, dan Jenisnya
Kaana Wa Akhwatuha (كان وأخواتها); Amil Nawasikh