dzonna wa akhwatuhaPicture by mafhumuna

Dzonna wa Akhwatuha (ظن وأخواتها) merupakan bagian dari amil nawasikh yang masuk terhadap susunan mubtada khabar, selain Kaana wa akhwatuha (كان وأخواتها), dan Inna wa akhwatuha (إن وأخواتها). Dzanna wa akhwatuha merupakan kumpulan fi’il yang masuk ke dalam struktur mubtada khabar dan merubah status keduanya. Untuk lebih lanjut, simak penjelasan berikut:

Fungsi Dzonna wa Akhwatuha

Dzonna wa akhwatuha berfungsi “menashobkan mubtada dan khobar (تنصب المبتدأ والخبر)”. Setelah ada tambahan dzonna wa akhwatuha, kedudukan mubtada dan khabar berubah menjadi maf’ul dua-duanya. Mubtada menjadi maf’ul awwal (maf’ul pertama) dan khabar menjadi maf’ul tsani (maf’ul kedua)

Contoh:

 عَلِيٌّ طَبِيْبٌ

Ada tambahan dzonna menjadi:

ظَنَنْتُ عَلِيًّا طَبِيْبًا

Contoh pada kalimat pertama, merupakan struktur mubtada khabar dengan posisi علي sebagai mubtada dan طبيب sebagai khobar mubtada. Baik mubtada juga khobar mubtada, keduanya, ber’irob rofa’. Akan tetapi, setelah ada tambahan dzonna, lafadz علي berkedudukan sebagai maf’ul dzonna pertama dan طبيب sebagai maf’ul dzonna kedua. Dari segi i’rob, yang sebelumnya beri’rob rofa’ berubah menjadi nashab menjadi ظَنَنْتُ عَلِيًّا طَبِيْبًا artinya “aku mengira Ali seorang dokter”

Selain dzanna, terdapat akhwat dzanna (saudara-saudara dzanna) yang berfungsi seperti dzonna. Merujuk kitab al-Ajurrumiyah, akhwat dzanna terdiri dari: حسب (hasiba), خال (khala), زعم (za’ama), علم (‘alima), وجد (wajada), سمع (sami’a), رأى (Ra’a), جعل (ja’ala), أتخذ (ittakhadza). Akhwat dzonna berjumlah sembilan ditambah dzonna menjadi sepuluh amil yang menashobkan mubtada dan khobar.

Makna Dzonna wa akhwatuha dan contohnya

Dzonna wa akhwatuha berjumlah sepuluh (10) dan semuanya berbentuk fi’il. Dari kesepuluh tersebut, terbagi menjadi 3 bagian, yaitu: af’al al-yaqin (أفعال اليقين), af’al al-rujhan (أفعال الرجهان), dan af’al al-tashyir (أفعال التصيير).

1. af’al al-yaqin (أفعال اليقين)

Maksud af’al al-yaqin (أفعال اليقين) yaitu fi’il-fi’il yang mempunya makna yakin. Di antara fi’il-fi’il yang masuk ke dalam af’al al-yaqin ada empat, yaitu:

  1. رَأَى mempunyai dua makna, yaitu “علم” dan “اعتقد” yang mempunyai arti “mengetahui” dan “yakin”, contoh: رَأَيْتُ عَلِيًّا طَبِيْبًا artinya “saya yakin Ali seorang dokter”
  2. عَلِمَ mempunyai satu makna, yaitu “اِعْتَقَدَ” yang mempunyai arti “yakin”, contoh: عَلِمْتُ عَلِيًّا طَبِيْبًا artinya “saya yakin Ali seorang dokter”
  3. وَجَدَ mempunyai dua makna, yaitu “علم” dan “اعتقد” yang mempunyai arti “mengetahui” dan “yakin”, contoh: وَجَدْتُ بَكْرًا نَاجِحًا artinya “saya yakin Bakri sukses”
  4.  سَمِعَ mempunyai makna “اِعْتَقَدَ” yang mempunyai arti “yakin”, contoh: سَمِعْتُ عَلِيًّا مُجْتَهِدًا artinya “saya yakin Ali orang yang sungguh-sungguh” atau سَمِعْتُ زَيْدًا يَقُوْلُ.

Catatan: Untuk سَمِعَ ada yang berpendapat bahwa lafadz tersebut hanya membutuhkan satu maf’ul saja sehingga tidak termasuk dzanna wa akhwatuha. Pada contoh pertama, lafadz مجتهدا dianggap sebagai na’at dari عَلِيًّا dan pada contoh kedua, lafadz يقول berkedudukan sebagai hal (حال).

2. af’al al-rujhan (أفعال الرجهان)

Maksud af’al al-rujhan yaitu fi’il-fi’il yang mempunya arti menyangka. Fi’il-fi’il yang termasuk ke dalam af’al al-rujhan, di antaranya:

  1. ظَنَّ (dzanna) mempunyai arti “menyangka” atau “mengira”, contoh: ظَنَنْتُ بَكْرًا صَدِيْقَكَ artinya “saya mengira bakri adalah temanmu”
  2. حَسِبَ (hasiba) mempunyai makna ظنَّ yang berarti “menyangka” atau “mengira”, contoh: حَسِبْتُ عَلِيًّا جَالِسًا artinya “saya mengira Ali duduk”
  3. خال (khala) mempunyai makna ظنَّ yang berarti “menyangka” atau “mengira”, contoh: خِلْتُ الْفَرَسَ ذَاهِبًا artinya “saya mengira kuda pergi”
  4. زعم (za’ama) mempunyai makna ظنَّ yang berarti “menyangka” atau “mengira”, contoh: زَعَمْتُ زَيْدًا جَاهِلًا artinya “saya mengira Zaid bodoh”

3. af’al al-tashyir (أفعال التصيير)

Maksud af’al al-tashyir yaitu fi’il-fi’il yang mempunya arti menjadikan. Fi’il-fi’il yang termasuk ke dalam af’al al-tashyir, di antaranya:

  1. جَعَلَ (ja’ala) mempunyai makna تصيير yang berarti “menjadikan”, contoh: جَعَلْتُ عَلِيًّا صَدِيْقًا artinya “saya menjadikan Ali sebagai teman”
  2. اتخذ (ittakhadz) mempunyai makna تصيير yang berarti “menjadikan”, contoh: اِتَّخَذْتُ الْمَاءَ نَظِيْفًا artinya “saya menjadikan air ini bersih”

Baca juga:

Mubtada Khobar; Pengertian, Contoh, dan Jenisnya

Kaana Wa Akhwatuha (كان وأخواتها); Amil Nawasikh

Inna Wa Akhwatuha; Amil Nawasikh

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *