Isim ma’rifat dan nakiroh
Seringkali kita menemukan sebuah kata yang mempunyai makna umum dan di sisi lain mempunyai makna khusus. Umum artinya tidak terikat suatu objek tertentu, sedangkan khusus objek yang tertuju dari kata tersebut lebih spesifik. Ketentuan umum dan khusus tersebut karena adanya tanda-tanda yang turut menyertainya. Di dalam bahasa Arab, terdapat kata yang bersifat umum dan yang bersifat khusus. Kata yang bersifat umum biasa disebut dengan isim nakiroh dan kata yang bersifat khusus biasa disebut isim ma’rifat. Untuk lebih lanjut simak penjelasan mengenai isim ma’rifat dan nakiroh berikut:
1. Isim Ma’rifat
Pengertian
Secara bahasa, ma’rifat (معرفة) mempunyai arti “pengetahuan”, sedangkan menurut istilah ahli nahwu, dalam kitab Jami’u al-Durus, syekh Musthofa al-Ghulayaini memberikan definisi berikut:
إِسْمٌ دَلَّ عَلَى مُعَيَّنٍ
“Isim yang menunjukkan hal tertentu”
Berdasarkan definisi tersebut dapat kita simpulkan bahwa isim ma’rifat (اِسْم مَعْرِفَة) adalah kata benda yang memiliki makna tertentu atau jelas yang lebih spesifik. Makna yang dimaksud oleh kata tersebut dapat diidentifikasi dan difahami dengan mudah baik oleh pendengar atau pun pembaca. Contohnya seperti kata اَلْكِتَابُ yang mempunyai arti “buku itu”. Dengan adanya tambahan alif lam (ال) di awal kata, yang awalnya bersifat umum (tanpa alif lam = كِتَابٌ) menjadi khusus dan spesifik.
Macam-macam isim ma’rifat
Di dalam kitab al-Ajurrumiyah terdapat penjelasan mengenai beberapa isim yang masuk ke dalam kategori isim ma’rifat, di antaranya:
- Isim Dhomir (اسم الضمير), yaitu kata ganti. Contoh: هُوَ (dia laki-laki), أَنْتَ (kamu laki-laki), أَنَا (saya), dan نَحْنُ (kami).
- Isim ‘Alam (اِسْمُ العلم), yaitu nama orang atau tempat tertentu, contohnya: عَلِيٌّ (Ali) dan مَكَّةُ (Mekkah).
- Isim Isyarah (إِسْمُ الإِشَارَة), yaitu kata tunjuk. Kata untuk menunjuk suatu benda, contohnya: هَذَا (ini untuk laki-laki) dan هَذِهِ (ini untuk perempuan).
- Isim Maushul (اسم الموصول), yaitu kata penghubung. Kata yang untuk menyambungkan beberapa ide pokok pikiran menjadi satu kesatuan yang utuh. Contoh: الَّذِيْ (yang untuk laki-laki) dan الَّتِيْ (yang untuk perempuan).
- Isim dengan tambahan alif dan lam li ta’rif (اَلِفْ لَامْ للتَعْرِيف), yaitu kata benda yang berawal ال (alif dan lam) yang menandakan ketentuan atau kejelasan. Contoh: الْقَلَمُ (buku itu), الْمَدْرَسَةُ (sekolah itu).
- Isim yang diidhafatkan kepada isim ma’rifat.
Maksudnya, suatu kata benda yang awalnya bersifat umum kemudian idhofat terhadap kata yang sudah jelas (ma’rifat), maka kata tersebut menjadi ma’rifat. Contoh: كِتَابٌ yang artinya “sebuah buku”. Kata tersebut masih bersifat umum karena tidak merujuk terhadap buku tertentu yang lebih jelas. Ketika ada tambahan lafadz مُحَمَّدٌ menjadi كِتَابُ مُحَمَّدٍ (buku milik Muhammad), lafadz tersebut menjadi spesifik dan jelas yaitu buku kepunyaan Muhammad.
2. Isim Nakiroh
Pengertian
Secara bahasa, nakiroh (نكرة) mempunyai arti “yang tidak dikenal”. Sedangkan menurut istilah ahli nahwu, dalam kitab Jami’u al-Durus, Syekh Musthofa al-Ghulayaini memberikan definisi sebagai berikut:
إِسْمٌ دَلَّ عَلَى غَيْرِ مُعَيَّنٍ
“Isim yang menunjukkan sesuatu yang tidak tentu”
Berdasarkan definisi tersebut, dapat kita simpulkan bahwa isim nakiroh kebalikan dari isim ma’rifat. Isim nakiroh kata benda yang bersifat umum sedangkan isim ma’rifat bersifat khusus. Kata benda yang bersifat umum artinya kata tersebut tidak spesifik merujuk terhadap suatu benda tertentu. Berikut di antara contoh-contoh isim nakiroh:
- كِتَابٌ (kitaabun) artinya “sebuah buku”
- رَجُلٌ (rajuulun) artinya “seorang laki-laki”
- مَسْجِدٌ (masjidun) artinya “sebuah masjid”
- بَيْتٌ (baytun) artinya “sebuah rumah”
- طَالِبٌ (ṭhaalibun) artinya “seorang siswa”
Jika kita lihat pengertian dari contoh-contoh tersebut semuanya bersifat umum, tidak spesifik. Selain itu, kata yang menunjukkan makna umum tersebut mempunyai arti “sebuah”, “suatu”, “seorang”.
Ciri-ciri isim nakiroh
Ciri utama isim nakiroh yaitu dengan tidak adanya alif lam tambahan (زيادة) di awal kata. Namun, tidak hanya itu saja. Berikut ciri-ciri dari isim nakiroh:
- Tidak ada tambahan alif dan lam di awal kata.
Isim nakirah tidak berawalan alif-lam (ال), seperti contoh كِتَابٌ yang mempunyai arti “sebuah buku”. Ketika sudah tambahan alif lam (ال) di awal kata menjadi “الْكِتَابُ” yang mempunyai arti “buku itu” menjadi lebih spesifik.
- Bersifat Umum.
Isim nakirah menunjukkan makna yang tidak spesifik, belum jelas atau umum, tanpa merujuk pada hal tertentu. Misalnya lafadz “رَجُلٌ” yang mempunyai arti “seorang laki-laki”. Kata tersebut bisa merujuk pada laki-laki mana saja, tidak spesifik terhadap seorang laki-laki tertentu .
- Bisa menjadi ma’rifat.
Isim nakiroh bisa saja berubah menjadi ma’rifat dengan syarat didahului oleh alif lam (أل), contoh كِتَابٌ (sebuah buku) menjadi الْكِتَابُ (buku itu). Selain itu, bisa juga dengan cara diidofatkan terhadap kata yang sudah ma’rifat, seperti كِتَابُ مُحَمَّدٍ mempunyai arti “buku kepunyaan Muhammad”.
Baca juga:
Isim Istifham: Pengertian, lafadz dan contohnya
Isim Isyaroh; Kata Tunjuk dalam Bahasa Arab