Munada

Pengertian Munada

Menurut bahasa, munada (منادى) merupakan bentuk isim maf’ul dari نادى – ينادي – منادى yang artinya “sesuatu yang dipanggil atau diseru”. Sedangkan menurut istilah, syekh Musthafa al-Ghulayaini dalam kitabnya Jami’u al-Durus, memberikan penjelasan berikut:

اِسْمٌ وَقَعَ بَعْدَ حَرْفٍ مِنْ أَحْرُفِ النِّدَاءِ

 “Isim yang berada setelah huruf Nida”

Contoh:

!يَا زَيْدُ، قُمْ

 “Wahai Zaid, berdirilah!”

Contoh di dalam al-Qur’an:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا تُوْبُوْٓا اِلَى اللّٰهِ تَوْبَةً نَّصُوْحًاۗ 

“Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya”

Huruf Nida

Huruf-huruf nida adalah huruf yang digunakan untuk memanggil di dalam struktur bahasa Arab. Semuanya ada tujuh huruf, yaitu: يا, أ, أي, آ, أيا, هيا, dan وا

Dari ketujuh huruf tersebut terbagi empat:

  1. Untuk memanggil yang dekat : أي dan أ
  2. Untuk memanggil yang jauh   : أيا, هيا, dan آ
  3. Untuk memanggil yang dekat, sedang, dan jauh: يا
  4. Untuk ratapan/keluhan           : وا

Macam-macam Munada

Di dalam kitab Jurumiyah, terdapat lima macam munada, di antaranya:

  1. mufrad alam atau dalam kitab jami’u al-durus disebut munada ma’rifat, yaitu munada yang bukan berupa mudlaf atau syibhu mudlaf, baik mufrad, tasniyah atau jama’, contoh: يَا عَلِيُّ, يَا بَكْرُ, يَا مُحَمَّدُوْنَ, يَا بَكْرَانِ
  2. Nakiroh maqshudah, yaitu lafadz yang menjadi munada berupa isim nakiroh, namun objek yang penutur maksud adalah tertentu, contoh: يَا رَجُلُ (wahai anak muda).
  3. Nakiroh ghairu maqsudah, yaitu lafadz yang menjadi munada berupa isim nakiroh dan objek yang penutur maksud bersifat umum, contoh: يَا رَجُلًا (wahai seseorang).
  4. Mudlaf, yaitu lafadz yang menjadi munada berupa idlofat atau rangkaian mudlaf dan mudlaf ilaih, contoh: يَا عَبْدَ اللهِ, يَا غُلَامَ زَيْدٍ
  5. Syibhu mudlaf, yaitu lafadz yang menjadi munada berupa kalimat yang membutuhkan kalimat lainnya, seperti maf’ul bih yang muncul dari isim fa’il, contoh: يَا طَالِعًا جَبَلًا (wahai orang yang menaiki gunung).

Ketentuan I’robnya

Dari kelima macam tersebut, terdapat i’rob khusus yang menyertainya. Ketentuan tersebut dapat kita lihat pada penjelasan sebagai berikut:

  1. Untuk mufrod ‘alam dan nakiroh maqsudah wajib mabni. Jika lafadznya berupa isim mufrod, jama’ taksir, dan jama’ muannats salim maka mabninya mabni dlammah, contoh: يَا أَحْمَدُ, يَا طُلَّابُ, يَا مُسْلِمَاتُ. Sedangkan jika lafadznya berupa isim tasniyah dan jama’ mudzakkar salim maka mabni niyabah (pengganti) dari dlammah, contoh: يَا زَيْدَانِ, يَا زَيْدُوْنَ.
  2. Untuk nakiroh ghoir maqsudah, mudlaf, dan syibhu mudlaf wajib beri’rob nashob.

Baca juga:

Maful Maah (المفعول معه); Pengertian dan Syarat-syaratnya

Maful Min Ajlih; Pengertian, Contoh dan Syarat-syaratnya

Idhofah (الإضافة); Kata Majemuk Versi Bahasa Arab

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *