Naibul Fail:
Dalam kaidah Bahasa Arab terdapat istilah fi’il ma’lum dan fi’il majhul. Fi’il ma’lum membutuhkan fa’il sebagai pelengkap kalimat, sedangkan fi’il majhul membutuhkan na’ibul fa’il. Disebut naibul fa’il, karena kata tersebut menggantikan posisi fa’il. Untuk lebih lanjut simak penjelasan berikut:
Pengertian Naibul Fail
Naibul Fail terdiri dari dua kata, yaitu naib (نَائِبٌ) yang artinya pengganti dan fail (فَاعِلٌ) artinya pelaku atau yang mengerjakan pekerjaan. Berdasarkan definisi kedua kata tersebut naibul fail berarti kata yang menggantikan posisi pelaku (fa’il). Sedangkan menurut istilah ilmu nahwu, berdasarkan keterangan dalam kitab al-Ajurrumiyah, pengertian Naibul Fail sebagai berikut:
اِلْاِسْمُ الْمَرْفُوْعُ الَّذِيْ لَمْ يُذْكَرْ مَعَهُ فَاعِلُهُ
“Isim yang beri’rob rofa’ yang tidak disebutkan fa’ilnya”
Berdasarkan definisi tersebut dapat kita simpulkan bahwa naibul fail yaitu:
- Terbentuk dari isim. Berarti naibul fa’il merupakan kata benda, baik nama orang ataupun lainnya.
- I’robnya rofa’. Rofa’ identik dengan dhommah. Akan tetapi, rofa’nya tidak hanya dhommah bisa alif (ا) juga wawu (و)
- Fa’ilnya tidak disebutkan. Dengan tidak adanya fail, maf’ul bih yang berada setelah fa’il menempati posisinya fail.
Perhatikan contoh berikut:
نَصَرَ مُحَمَّدٌ عَلِيًّا (Muhammad menolong Ali)
menjadi:
نُصِرَ عَلِيٌّ (Ali telah ditolong)
Kalimat pertama merupakan contoh struktur fi’il ma’lum, fa’il, dan maf’ul bih, sedangkan kalimat kedua contoh struktur fi’il majhul dan naibul fail. Ketika fi’ilnya berupa fi’il ma’lum, maka untuk menjadikan kalimat sempurna yang dibutuhkan adalah fa’il. Sedangkan jika fi’il yang digunakan berupa fi’il majhul, maka yang diperlukan adalah naibul fa’il. Pada contoh tersebut yang menjadi naibul fail adalah kata علي yang asalnya berposisi sebagai maf’ul bih kemudian menempati posisi fa’il.
Macam-macam Naibul Fail
Naibul fail terbagi dua, yaitu naibul fail isim dzahir dan naibul fail isim dhomir.
1. Naibul Fa’il Isim Dzahir
Dzahir artinya muncul atau nampak. Sedangkan menurut istilah ahli nahwu, isim dzahir adalah isim yang tidak terikat dengan ikatan mukhathab, ghaib dan mutakallim. Contohnya sebagai berikut:
نُصِرَ عَلِيٌّ (Ali telah ditolong)
قُرِئَ الْقُرْآنُ (al-Quran telah dibaca)
Contoh yang pertama naibul fa’ilnya lafad عَلِيٌّ, dan yang kedua الْقُرْآنُ. Kedua naibul fa’il tersebut tidak terikat mukhathab, ghaib, ataupun mutakallim. Lebih jelasnya, semua kata tersebut berupa nama asli bukan kata ganti atau isim dhomir.
2. Naibul Fa’il Isim Dhomir
Secara bahasa dhomir (ضمير) mempunyai arti kata ganti, yang dalam istilah bahasa inggris dikenal dengan pronoun. Ada juga yang mengatakan bahwa dhomir kebalikan dari dzahir, yaitu tidak muncul atau tidak nampak. Maksudnya, naibul fa’il yang terbentuk dari isim dhomir tidak nampak secara lafadznya seperti halnya isim dzahir karena diganti dengan kata ganti. Sedangkan menurut istilah ahli nahwu, yang dimaksud dengan isim dhomir yaitu isim yang terikat dengan ikatan mukhathab, ghaib dan mutakallim. Dengan kata lain, naibul fa’il isim dhomir merupakan kata yang terbentuk bukan kata aslinya, contohnya seperti lafadz نُصِرْتُ(saya sudah ditolong). Naibul fa’il dalam lafadz نُصِرْتُ, yaitu dhomir أَنَا (saya), yang merupakan kata ganti orang pertama.
Adapun naibul fa’il isim dhomir semuanya ada 14. Mengenai penjelasannya perhatikan tabel berikut:
No | Isim Dhomir | Maknanya | Contoh dalam Fi’il |
---|---|---|---|
1 | هُوَ | Dia (untuk laki-laki 1 orang) | يُنْصَرُ (dia sedang ditolong) |
2 | هُمَا | Mereka (untuk laki-laki 2 orang) | يُنْصَرَانِ (mereka sedang ditolong) |
3 | هُمْ | Mereka (untuk laki-laki 3 orang/lebih) | يُنْصَرُوْنَ (mereka sedang ditolong) |
4 | هِيَ | Dia (untuk perempuan 1 orang) | تُنْصَرُ (dia sedang ditolong) |
5 | هُمَا | Mereka (untuk perempuan 2 orang) | تُنْصَرَانِ (mereka sedang ditolong) |
6 | هُنَّ | Mereka (untuk perempuan 3 orang/lebih) | يُنْصَرْنَ (mereka sedang ditolong) |
7 | أَنْتَ | Kamu (untuk laki-laki 1 orang) | تُنْصَرُ (kamu sedang ditolong) |
8 | أَنْتُمَا | Kalian (untuk laki-laki 2 orang) | تُنْصَرَانِ (kalian sedang ditolong) |
9 | أَنْتُمْ | Kalian (untuk laki-laki 3 orang/lebih) | تُنْصَرُوْنَ (kalian sedang ditolong) |
10 | أَنْتِ | Kamu (untuk perempuan 1 orang) | تُنْصَرِيْنَ (kamu sedang ditolong) |
11 | أَنْتُمَا | Kalian (untuk perempuan 2 orang) | تُنْصَرَانِ (kalian sedang ditolong) |
12 | أَنْتُنَّ | Kalian (untuk perempuan 3 orang/lebih) | تُنْصَرْنَ (kalian sedang ditolong) |
13 | أَنَا | Saya (Untuk 1 orang baik laki-laki atau perempuan) | أُنْصَرُ (saya sedang ditolong) |
14 | نَحْنُ | Kita atau Kami (Untuk 2 orang/lebih baik laki-laki atau perempuan) | نُنْصَرُ (kami/kita sedang ditolong) |
Pembentukan Naibul Fail
Fi’il yang digunakan untuk naibul fa’il yaitu fi’il majhul dan fi’il yang bisa dijadikan majhul yaitu fi’il madhi dan mudhori’. Untuk menjadikan kedua fi’il tersebut majhul terdapat aturan-aturan dalam pembentukannya. Berikut keterangan dalam kitab al-Ajurrumiyah yang berkaitan dengan cara memajhulkan kedua fi’il tersebut:
فَإِنْ كَانَ الْفِعْلُ مَاضِيًا ضُمَّ أَوَّلُهُ وَكُسِرَ مَا قَبْلَ آخِرِهِ، وَإِنْ كَانَ مُضَارِعًا ضُمَّ أَوَّلُهُ وَفُتِحَ مَا قَبْلَ آخِرِهِ
“Jika fi’il madhi, maka didhommahkan huruf awalnya dan dikasrohkan huruf sebelum akhirnya. Jika fi’il mudhori’, maka didhommahkan huruf awalnya dan difathahkan huruf sebelum akhirnya.”
Berdasarkan keterangan tersebut, jika ingin memajhulkan fi’il madhi, maka dengan cara mendhommahkan huruf awalnya dan mengkasrohkan huruf sebelum akhirnya. Sedangkan cara untuk memajhulkan fi’il mudhori’ yaitu dengan cara mendhommahkan huruf awalnya dan memfathahkan huruf sebelum akhirnya. Perhatikan contoh berikut:
- Memajhulkan fi’il madhi, contoh:
نَصَرَ menjadi نُصِرَ
- Memajhulkan fi’il mudhori’, contoh:
يَكْتُبُ menjadi يُكْتَبُ
Contoh Naibul Fa’il Dalam al-Qur’an
- Q.S. An-Nisa: 86
وَاِذَا حُيِّيْتُمْ بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوْا بِاَحْسَنَ مِنْهَآ اَوْ رُدُّوْهَاۗ
“Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan (salam), balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik daripadanya atau balaslah dengan yang sepadan.”
- Q.S. al-A’raf: 204
وَاِذَا قُرِئَ الْقُرْاٰنُ فَاسْتَمِعُوْا لَهٗ وَاَنْصِتُوْا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ
“Apabila Al-Qur’an dibacakan, maka dengarkanlah dan diamlah, agar kamu mendapat rahmat.”
- Q.S. at-Takwir: 01
اِذَا الشَّمْسُ كُوِّرَتْۖ
“Apabila matahari digulung”
Baca juga:
Contoh Maful Bih, Pengertian dan Macam-macamnya
Fail (فاعل); Pengertian, jenis dan contohnya
Huruf Athaf; Kata Penghubung Dalam Bahasa Arab
Amil Nashob Fi’il Mudhori; Amil Yang Menashobkan Fi’il Mudhori