StilistikaGambar oleh Republica dari Pixabay

Pengertian

Kata stilistika dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari kata stylistics dalam bahasa Inggris atau stylistique dalam bahasa Prancis. Dalam kedua bahasa itu, kata ini merupakan turunan dari kata style yang merupakan serapan dari kata stilus dari bahasa Latin, yaitu semacam alat untuk menulis untuk lempengan lilin. Keahlian menggunakan alat ini akan mempengaruhi jelas tidaknya tulisan pada lempengan tadi. Kata stilus kemudian menjadi stylus karena ada kesamaan makna dengan bahasa Yunani, yaitu stulos. Alat tersebut digunakan juga untuk menulis di atas kertas berlapis lilin. Kelak pada waktu penekanan pada keahlian menulis indah, makna stylus lalu berubah menjadi kemampuan dan keahlian untuk menulis atau mempergunakan kata-kata secara indah.

Dalam bahasa Inggris, kata style mengandung beberapa makna. Dalam kamus Cambridge Learners’ Dictionary, style berarti pertama¸ a way of doing something, especially one which is typical of a person, group of people, place of period (cara melakukan sesuatu, terutama cara khas yang dipakai pada suatu tempat atau masa). Kedua, fashion, especially in clothing (fasion). Ketiga, a particular shape or design, especially of a person’s hair, clothes, or a piece of furniture (bentuk atau desian tertentu, terutama mengenai rambut, pakaian, atau perkakas).

Sedangkan dalam bahasa Indonesia, style dikenal dengan istilah “gaya” atau “gaya bahasa”, yaitu cara-cara penggunaan bahasa yang khas sehingga menimbulkan efek tertentu. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), gaya bahasa memiliki makna cara khas dalam menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulis atau lisan.

Terlepas dari berbagai definisi sebelumnya, berikut beberapa definisi stilistika, di antaranya:

  1. Ilmu yang berkaitan dengan gaya bahasa.
  2. Ilmu interdisipliner antara linguistik dengan sastra.
  3. Ilmu yang berkaitan dengan penerapan kaidah-kaidah linguistik dalam penelitian gaya bahasa.
  4. Ilmu yang menyelidiki penggunaan bahasa dalam suatu karya sastra.
  5. Ilmu yang menganalisa penggunaan bahasa dalam suatu karya sastra, dengan memperhatikan aspek-aspek keindahan juga latar belakang sosialnya.

Awal Mula Penggunaan Istilah Stilistika

Penggunaan kata stylistics (dalam bahasa Inggris) pertama kali pada tahun 1882-1883 oleh Phillips Schaff. Dalam bukunya Encyclopedia of Religious Knowledge – sebuah buku tentang studi biblikal – penggunaan istilah ini tanpa acuan terhadap disiplin apapun. Sedangkan sebagai sebuah disiplin, umumnya, istilah ini dinisbatkan kepada Charles Bally (1865-1949) dengan kedua bukunya Traite de Stylistique Francaise dan Precis de Stylistique. Kedua buku ini mengantarkan Bally pada sebutan Bapak Stilistika Modern. Penyebutan “modern”, karena bagaimanapun, Bally bukan yang benar-benar pertama kali membahas Stilistika. G.W. Turner dalam pembukaan bukunya Stylistics, memberi definisi atas istilah ini. Katanya, “stylistics is the part of linguistics which concentrates on variation in the use of language” (Stilistika merupakan bagian dari Linguistik yang berkonsentrasi pada penggunaan bahasa). Tampak jelas bahwa baginya, Stilistika termasuk bagian dari Lingusitik.

Stilistika dalam Tradisi Arab

Kemunculan stilistika pada tradisi Arab memiliki latar belakang yang berbeda dengan stilistika pada tradisi Barat. Di Arab, penggunaan stilistika berawal dari apresiasi sastrawan-sastrawannya terhadap puisi, pidato, dan ayat-ayat al-Quran. Sementara di Barat,  analisis ini berawal dari keinginan para kritikus sastra untuk memfokuskan analisis mereka pada aspek bahasa dari karya sastra. Sementara

Istilah style, dalam tradisi Arab, terkenal dengan uslub (الأسلوب ج. أساليب). Secara umum, uslub mempunyai arti cara pengungkapan tuturan. Berdasarkan pengertian ini, uslub terbagi menjadi dua, yaitu uslub adabi (gaya bahasa sastra) dan uslub ‘ilmi (gaya bahasa ilmiah). Sastrawan, pendongeng, penyair, dan orator menggunakan uslub adabi, ahli ilmu alam menggunakan uslub ilmu.

Dalam kamus al-Munawwir, kata uslub  mempunyai beberapa makna, di antaranya, jalan (الطريق), cara atau methode (الكيفية), dan gaya bahasa. Al-‘Umari mendefinisikan uslub berdasarkan tiga aspek; al-mursil (penutur), al-mutalaqqi (petutur), dan al-khitab atau al-nash (tuturan atau teks). Dari aspek penutur, uslub adalah tuturan yang dapat mengungkap pola pikiran penulis atau penuturnya sehingga ada ungkapan “uslub adalah orangnya itu sendiri”. Berdasarkan aspek petutur, ulsub adalah tanda-tanda teks yang berpengaruh pada petutur atau pembaca. Dari aspek tuturan, uslub adalah sekumpulan fenomena bahasa yang dipilih, digunakan, dan dibentuk secara deviatif. Dalam tradisi Arab, style dikenal dengan uslub (gaya) sedangkan stilistika dikenal dengan ‘Ilmu al-Uslub atau Uslubiyyah. Sederhananya, uslub adalah gaya bahasa (style), sedangkan ‘ilmu uslub ilmu tentang gaya bahasa (stilistika).

Objek Penelitian Stilistika

Berbicara mengenai objek penelitian, berarti kita akan mambahas tentang bahan untuk data penelitian. Berdasarkan definisi gaya bahasa sebagai penggunaan bahasa secara khas di satu sisi dan stilistika sebagai ilmu pengetahuan di sisi lain, maka objek penelitiannya adalah semua bentuk komunikasi yang menggunakan bahasa, baik lisan maupun tulisan. Dengan kata lain, objek penelitian stilistika bisa berupa karya sastra atau bahasa sehari-hari.

Sumber:
Ratna, Prof. Dr. Nyoman Kutha. 2009. Stilistika; Kajian Pustaka Bahasa, Sastra, dan Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Qalyubi, Prof. Dr. H. Syihabuddin. 2017. Stilistika Bahasa dan Sastra Arab. Yogyakarta: Idea Press

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *