Nabi Muhammad SAW;
Saat ini kita berada pada bulan rabi’ul awwal, di mana pada bulan ini lahirnya seorang hamba pilihan dari bangsa Arab yang memiliki akhlak yang mulia (akhlaku al-kariimah) yang pantas kita jadikan sebagai suri tauladan, yaitu baginda Nabi Muhammad SAW. Atas dasar tersebut, banyak kalangan umat Islam, pada bulan ini, mengadakan peringatan Mualid Nabi SAW sebagai wujud suka cita dan rasa syukur atas lahirnya seorang Rasul pilihan yang merupakan penutup para Nabi dan Rasul. Istimewanya, lahirnya Nabi Muhammad SAW ke muka bumi sebagai rahmat bagi seluruh alam secara tegas termaktub dalam al-Quran al-Kariim. Hal tersebut berdasarkan keterangan surat al-Anbiya:107 berikut:
وَمَآ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا رَحْمَةً لِّلْعٰلَمِيْنَ
“dan Kami tidak mengutus Engkau (Muhammad), kecuali sebagai rahmat untuk semua alam.”
Kehidupan Masyarakat Sebelum Rasulullah Lahir
Sebelum lahirnya Nabi Muhammad SAW di Makkah, kehidupan masyarakat di sana terkenal dengan kehidupan mayarakat jahiliyah. Maksud jahiliyah di sini bukanlah bodoh secara pengetahuan tetapi bodoh secara moral dan tauhid. Mereka betul-betul menjalankan kehidupan sesuka mereka tanpa ada aturan-aturan yang mengikat. Mereka mempunyai watak yang kejam dan kasar, sering merendahkan wanita, suka berperang, berjudi, merampas hak orang lain, minum khamr (miras) dan lain-lain. Setelah beliau lahir, kehidupan mereka berubah pesat yang awalnya jahiliyah menjadi masyarakat yang berkarakter dan bertauhid. Kehidupan yang awalnya tidak terikat aturan berubah menjadi kehidupan yang berdasarkan aturan yang sesuai dengan syariat Islam.
Perubahan Masyarakat Setelah Lahirnya Rasulullah
Di antara perubahan yang terjadi pada bangsa Arab setelah lahirnya Rasulullah SAW yaitu perubahan sosial kemasyarakatan. Yang awalnya berwatak kejam dan kasar terhadap sesama berubah menjadi masyarakat yang berkarakter dan baik sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan sebagaimana mestinya. saling tolong menolong, saling membutuhkan, dan saling menghormati antar sesama makhluk Allah SWT. Atas dasar tersebut, dalam sebuah hadis, Rasulullah menjelaskan sebagai berikut:
لَايُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيْهِ مَايُحِبُّ لِنَفْسِهِ (رواه البخاري)
“Tidaklah sempurna iman seseorang di antara kalian hinga ia mencintai saudaranya, seperti halnya ia mencintai dirinya sendiri (HR. Bukhori)
Kepribadian Nabi Muhammad SAW Yang Luar Biasa
Sudah kita ketahui bersama bahwa Nabi Muhammad SAW merupakan suri tauladan yang baik bagi kehidupan umat, terlebih umat Islam. Akhlaknya yang begitu mulia merupakan dasar untuk kita sebagai umatnya dalam berprilaku. Walaupun terkesan berat untuk bisa menyamai seperti akhlak Rasul setidaknya kita mendekati keagungan akhlaknya.
Gambaran beliau tersebut terdapat dalam firman Allah SWT berikut:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ
“Sungguh, pada (diri) Rasulullah benar-benar ada suri tauladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat serta yang banyak mengingat Allah.”
Dalam segala aspek kehidupan, Rasulullah merupakan panutan terbaik untuk kita teladani agar meraih hidup yang tentram dan bahagia. Di antara contohnya, beliau merupakan sosok yang sangat sederhana dan tidak bermewah-mewahan. Gambaran tersebut diungkapkan oleh istri beliau ketika hendak dimakamkan di Madinah.
يَا مَنْ لَمْ يَلْبَسْ الْحَرِيْرَ
“Wahai orang yang tidak pernah memakai pakaian sutera”
يَا مَنْ لَمْ يَنَمْ عَلَى السَّرِيْرِ
“Wahai orang yang tidak pernah tidur di atas ranjang”
يَا مَنْ اِخْتَارَ الْحَصِيْرَ عَلَى السَّرِيْرِ
“Wahai orang yang lebih suka memilih di atas tikar dari pada di atas ranjang”
يَا مَنْ خَرَجَ مِنَ الدُّنْيَا وَلَمْ يَشْبَعْ بَطْنُهُ مِنْ خُبْزِ الشَّعِيرِ
“Wahai orang yang selama hidup, perutnya tidak pernah penuh oleh roti gandum”
يَا مَنْ لَمْ يَنَمْ طُوْلَ اللَّيَالِيْ مِنْ خَوْفِ السَّعِيْرِ
“Wahai orang yang tidak pernah tidur sepanjang malam, karena takut neraka sa’ir.”
Itu lah di antara kepribadian Rasulullah SAW yang agung dan mulia. Sebagai umatnya, kita sudah semestinya untuk meneladani akhlak-akhlaknya dalam berbagai aspek kehidupan baik yang berkaitan dengan dunia maupun akhirat. Semoga kita mampu untuk meneladaninya. Aaaamiin ya Rabbal ‘alamin.
Baca Juga:
Penting! Inilah cara mencintai Nabi Muhammad agar diakui sebagai umatnya

