Nasab Nabi Muhammad SAW, Sifat wajib, Sifat wajib bagi Allah

Sifat Wajib bagi Allah dan sifat Mustahil

يَجِبُ  عَلَى  كُلِّ مُكَلَّفٍ أَنْ يَعْرِفَ مَا يِجِبُ فِي حَقِّهِ تَعَالَى وَمَا يَسْتَحِيْلُ وَمَا يَجُوْزُ

“Wajib kepada setiap mukallaf (muslim yang sudah baligh juga berakal) mengetahui hal yang wajib, mustahil, dan jaiz (boleh) bagi haqq Allah SWT”

Wujud – ‘Adam

فَيَجِبُ فِيْ  حَقِّهِ تَعَالَى الْوُجُوْدُ وَضِدُّهُ الْعَدَمُ وَالدَّلِيْلُ عَلَى ذَلِكَ وُجُوْدُ هَذِهِ الْمَخْلُوْقَاتِ

“Wajib bagi haqq Allah SWT sifat wujud (ada) dan mustahil bagi Allah sifat ‘adam (tidak ada), dan dalil yang menunjukkan bahwa Allah ada yaitu adanya makhluk (selain Allah)”

Qidam – Huduts

وَيَجِبُ فِيْ حَقِّهِ تَعَالَى  الْقِدَمُ وَمَعْنَاهُ أَنَّهُ تَعَالَى لَا أَوَّلَ لَهُ وَضِدُّهُ الْحُدُوْثُ وَالدَّلِيْلُ عَلَى ذَلِكَ أَنَّهُ لَوْ كَانَ حَادِثًا لَاحْتَاجَ إِلَى مُحْدِثٍ وَهُوَ مُحَالٌ

“Wajib bagi haqq Allah SWT sifat qidam (terdahulu), artinya sesungguhnya Allah SWT tidak ada permulaan bagiNya dan mustahil bagi Allah sifat huduts (baru). Dalil yang menunjukkan bahwa Allah terdahulu yaitu jika Allah baru maka Allah membutuhkan pada yang menciptakan, dan hal tersebut tidak masuk akal (mustahil)”

Baqa – Fana

وَيَجِبُ فِيْ حَقِّهِ تَعَالَى  الْبَقَاءُ وَمَعْنَاهُ أَنَّهُ تَعَالَى لَا آخِرَ لَهُ وَضِدُّهُ الْفَنَاءُ وَالدَّلِيْلُ عَلَى ذَلِكَ أَنَّهُ لَوْ كَانَ فَانِيًا لَكَانَ حَادِثًا وَهُوَ مُحَالٌ

“Wajib bagi haqq Allah SWT sifat Baqa (kekal), artinya sesungguhnya Allah SWT tidak ada akhir bagiNya dan mustahil bagi Allah sifat Fana (rusak). Dalil yang menunjukkan bahwa Allah kekal yaitu jika Allah fana (rusak) maka Allah baru, dan hal tersebut tidak masuk akal (mustahil)”

Mukhalafatu lil Hawadisi – Mumatsalah

وَيَجِبُ فِيْ حَقِّهِ تَعَالَى  الْمُخَالَفَةُ لِلْحَوَادِثِ وَمَعْنَاهُ أَنَّهُ تَعَالَى لَيْسَ مُمَاثِلًا لِلْحَوَادِثِ فَلَيْسَ لَهُ يَدٌ وَلَا عَيْنٌ وَلَا أُذُنٌ وَلَا غَيْرُ ذَلِكَ مِنْ صِفَاتِ الْحَوَادِثَ وَضِدُّهَا الْمُمَاثَلَةُ وَالدَّلِيْلُ عَلَى ذَلِكَ أَنَّهُ لَوْ كَانَ مُمَاثِلًا لِلْحَوَادِثِ لَكَانَ حَادِثًا وَهُوَ مُحَالٌ

“Wajib bagi haqq Allah SWT sifat Mukhalafah li al-Hawadits (berbeda dengan makhluk), artinya sesungguhnya Allah SWT tidak menyerupai dengan makhluk. Maka Allah tidak memiliki tangan, mata, telinga, dan sifat-sifat makhluk lainnya. Mustahil bagi Allah sifat mumatsalah (menyerupai makhluk). Dalil yang menunjukkan bahwa Allah berbeda dengan makhluk yaitu jika Allah menyerupai makhluk maka Allah baru, dan hal tersebut tidak masuk akal (mustahil)”

Qiyamu bi Nafsi – Ihtiyaju

وَيَجِبُ فِيْ حَقِّهِ تَعَالَى  الْقِيَامُ بِالنَّفْسِ وَمَعْنَاهُ أَنَّهُ تَعَالَى لَا يَفْتَقِرُ إِلَى مَحَلٍّ وَلَا إِلَى مُخَصَّصٍ وَضِدُّهُ الْاِحْتِيَاجُ إِلَى المَحَلِّ و المُخَصَّصِ وَالدَّلِيْلُ عَلَى ذَلِكَ أَنَّهُ لَوْ اِحْتَاجَ إِلَى مَحَلٍّ لَكَانَ صِفَةٌ وَكَوْنُهُ صِفَةٌ مُحَالٌ وَلَوْ اِحْتَاجَ إلِىَ مُخَصَّصٍ لَكَانَ حَادِثًا وَكَوْنُهُ حَادِثًا مُحَالٌ

“Wajib bagi haqq Allah SWT sifat Qiyamu bi Nafsi (berdiri sendiri), artinya sesungguhnya Allah SWT tidak membutuhkan tempat dan pencipta. Mustahil bagi Allah sifat ihtiyaju (membutuhkan) tempat dan pencipta. Dalil yang menunjukkan bahwa Allah berdiri sendiri yaitu jika Allah membutuhkan tempat maka Allah berupa sifat, sedangkan Allah berupa sifat tidak masuk akal (mustahil). Jika Allah membutuhkan pencipta maka Allah baru, sedangkan Allah baru merupakan hal yang tidak masuk akal (mustahil)”

Wahdaniyah – Ta’addud

وَيَجِبُ فِيْ حَقِّهِ تَعَالَى  الْوَحْدَانِيَّةُ فِي الذَّاتِ وَفِي الصِّفَاتَ وَفِي الْأَفْعَالِ وَمَعْنَى الْوَحْدَانِيَّةُ فِي الذَّاتِ أَنَّهَا لَيْسَتْ مَرَكَّبَةٌ مِنْ أَجْزَاءٍ مُتَعَدِّدَةٍ وَمَعْنَى الْوَحْدَانِيَّةِ فِي الصِّفَاتِ أَنَهُ تَعَالَى لَيْسَ لَهُ صِفَتَانِ فَأَكْثَرَ مِنْ جِنْسٍ وَاحِدٍ كَقُدْرَتَيْنِ وَهَكَذَا وَلَيْسَ لِغَيْرِهِ صِفَةٌ تُشَابِهُ صِفَتَهُ تَعَالَى وَمَعْنَى الْوَحْدَانِيَّةِ فِي الْاَفْعَالِ أَنَّهُ لَيْسَ لِغَيْرِهِ فِعْلٌ مِنَ الْأَفْعَالِ وَضِدُّهَا التَّعَدُّدُ وَالدَّلِيْلَ عَلَى ذَلِكَ أَنَّهُ لَوْ كَانَ مُتَعَدِّدًا لَمْ يُوْجَدْ شَيْئٌ مِنْ هَذِهِ الْمَخْلُوْقَاتِ

“Wajib bagi haqq Allah SWT sifat Wahdaniyyah (Maha Tunggal), baik dalam Dzat-Nya, Sifat-Nya dan Af’al-Nya (Perbuatan). Makna tunggal dalam Dzat-Nya yaitu sesungguhnya Allah SWT tidak tersusun dari berbagai macam bagian. Sedangkan makna tunggal dalam Sifat-Nya yaitu sesungguhnya Allah SWT tidak memiliki dua sifat atau lebih dari satu jenis sifat, seperti dua sifat qudro dan lainnya, dan tidak ada pada selain Allah sifat yang menyerupai Sifat-Nya. Adapun makna tunggal dalam Af’al-Nya (perbuatan) yaitu sesungguhnya tidak ada bagi selain Allah SWT perbuatan-perbuatan (Semua perbuatan makhluk atas kehendak Allah SWT). Mustahil bagi Allah sifat ta’addud (berbilang/banyak). Dalil yang menunjukkan bahwa Allah tunggal yaitu jika Allah berbilang maka tidak akan ada satu makhluk pun.”

Qudrah – ‘Ajzu

وَيَجِبُ فِيْ حَقِّهِ تَعَالَى  الْقُدْرَةُ وَهِيَ صِفَةٌ قَدِيْمَةٌ قَائِمَةٌ بِذَاتِهِ تَعَالَى يُوْجَدُ بِهَا وَيُعَدِّمُ وَضِدُّهَا الْعَجْزُ وَالدَّلِيْلُ عَلَى ذَلِكَ أَنَّهُ لَوْ كَانَ عَاجِزًا لَمْ يُوْجَدْ شَيْئٌ مِنْ هَذِهِ الْمَخْلُوْقَاتِ

“Wajib bagi haqq Allah SWT sifat Qudrah (Maha Berkuasa). Sifat qudrah yaitu sifat terdahulu yang menetap pada Dzat Allah SWT yang dengan sifat tersebut Allah mewujudkan dan meniadakan sesuatu. Mustahil bagi Allah sifat ‘ajzu (lemah). Dalil yang menunjukkan bahwa Allah Maha Berkuasa yaitu jika Allah lemah maka tidak akan ada satu makhluk pun.”

Irodah – Karohah

وَيَجِبُ فِيْ حَقِّهِ تَعَالَى  الْاِرَادَةُ وَهِيَ صِفَةٌ قَدِيْمَةٌ قَائِمَةٌ بِذَاتِهِ تَعَالَى يُخَصِّصُ بِهَا الْمُمْكِنَ بِالْوُجُوْدِ أَوْ بِالْعَدَمِ أَوْ بِالْغِنَى أَوْ بِالْفَقْرِ أَوْ بِالْعِلْمِ أَوْ بِالْجَهْلِ إِلَى غَيْرِ ذَلِكَ وَضِدُّهَا الْكَرَاهَةُ وَالدَّلِيْلُ عَلَى ذَلِكَ أَنَّهُ لَوْ كَانَ كَارِهًا لَكَانَ عَاجِزًا وَكَوْنُهُ عَاجِزًا وَهُوَ مُحَالٌ

“Wajib bagi haqq Allah SWT sifat Irodah (Maha Berkehendak). Sifat Irodah yaitu sifat terdahulu yang menetap pada Dzat Allah SWT yang dengan sifat tersebut Allah menentukan sesuatu yang mungkin ada atau tidak ada, kaya atau miskin, pintar atau bodoh dan seterusnya. Mustahil bagi Allah sifat ‘Karohah (terpaksa). Dalil yang menunjukkan bahwa Allah Maha Berkehendak yaitu jika Allah terpaksa maka Allah lemah dan Allah bersifat lemah merupakan hal yang tidak masuk akal (mustahil)”

‘Ilmu – Jahlu

وَيَجِبُ فِيْ حَقِّهِ تَعَالَى  الْعِلْمُ وَهِيَ صِفَةٌ قَدِيْمَةٌ قَائِمَةٌ بِذَاتِهِ تَعَالَى يَعْلَمُ بِهَا الْأَشْيَاءَ وَضِدُّهَا الْجَهْلُ وَالدَّلِيْلُ عَلَى ذَلِكَ أَنَّهُ لَوْ كَانَ جَاهِلًا لَمْ يَكُنْ مُرِيْدًا وَهُوَ مُحَالٌ

“Wajib bagi haqq Allah SWT sifat ‘Ilmu (Maha Mengetahui). Sifat Ilmu yaitu sifat terdahulu yang menetap pada Dzat Allah SWT yang dengan sifat tersebut Allah mengetahui semua hal. Mustahil bagi Allah sifat ‘Jahlu (bodoh). Dalil yang menunjukkan bahwa Allah Maha Mengetahui yaitu jika Allah bodoh maka Allah tidak bisa berkehendak dan hal tersebut tidak masuk akal (mustahil).”

Hayah – Maut

وَيَجِبُ فِيْ حَقِّهِ تَعَالَى  الْحَيَاةُ وَهِيَ صِفَةٌ قَدِيْمَةٌ قَائِمَةٌ بِذَاتِهِ تَعَالَى تُصَحِّحُ لَهُ أَنْ يَتَّصِفَ بِالْعِلْمِ وَغَيْرِهِ مِنَ الصِّفَاتِ وَضِدُّهَا الْمَوْتُ وَالدَّلِيْلُ عَلَى ذَلِكَ أَنَّهُ لَوْ كَانَ مَيِّتًا لَمْ يَكُنْ قَادِرًا وَلَا مُرِيْدًا وَلَا عَالِمًا وَهُوَ مُحَالٌ

“Wajib bagi haqq Allah SWT sifat Hayah (Maha Hidup). Sifat Hayah yaitu sifat terdahulu yang menetap pada Dzat Allah SWT yang dengan sifat tersebut dapat membenarkan bahwa Allah memiliki sifat ‘Ilmu dan sifat lainnya. Mustahil bagi Allah sifat ‘Maut (mati). Dalil yang menunjukkan bahwa Allah Maha Hidup yaitu jika Allah mati maka Allah tidak memiliki sifat Maha Berkuasa, Maha Berkehendak, dan Maha mengetahui dan hal tersebut tidak masuk akal (mustahil)”

Sama’ dan Bashar – Shamam dan ‘Ama

وَيَجِبُ فِي حَقِّهِ تَعَالَى  السَّمْعُ وَالْبَصَرُ وَهُمَا صِفَتَانِ قَدِيْمَتَانِ قَائِمَتَانِ بِذَاتِهِ تَعَالَى يَنْكَشِفُ بِهِمَا الْمَوْجُوْدُ وَضِدُّهُمَا الصَّمَمُ وَالْعَمَى وَالدَّلِيْلُ عَلَى ذَلِكَ قَوْلُهُ تَعَالَى ((وَهُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ))

“Wajib bagi haqq Allah SWT sifat Sama (Maha Mendengar) dan Bashar (Maha Melihat). Keduanya yaitu sifat terdahulu yang menetap pada Dzat Allah SWT yang dengan kedua sifat tersebut terbukalah hal yang wujud. Mustahil bagi Allah sifat Shamam (tuli) dan ‘Ama (buta). Dalil yang menunjukkan bahwa Allah Maha Mendengar dan Maha Melihat yaitu firman Allah SWT: وَهُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ (Dialah Dzat yang Maha Mendengar juga Maha Melihat)”

Kalam – Bukmu

وَيَجِبُ فِيْ حَقِّهِ تَعَالَى  الْكَلَامُ وَهِيَ صِفَةٌ قَدِيْمَةٌ قَائِمَةٌ بِذَاتِهِ تَعَالَى لَيْسَتْ بِحَرْفٍ وَلَا صَوْتٍ وَضِدُّهَا الْبُكْمُ وَهُوَ الْخَرَسُ وَالدَّلِيْلُ عَلَى ذَلِكَ قَوْلُهُ تَعَالَى ((وَكَلَّمَ اللهُ مُوْسَى تَكْلِيمًا))

“Wajib bagi haqq Allah SWT sifat Kalam (Maha Berfirman). Sifat kalam yaitu sifat terdahulu yang menetap pada Dzat Allah SWT tidak berupa huruf juga tidak berupa suara. Mustahil bagi Allah sifat Bukmu yaitu Kharasu (bisu). Dalil yang menunjukkan bahwa Allah Maha Berfirman yaitu firman Allah SWT: وَكَلَّمَ اللهُ مُوْسَى تَكْلِيمًا (Dan Allah telah Berfirman kepada Musa dengan Firman yang nyata)”

Qadiron – ‘Ajizan

وَيَجِبُ فِيْ حَقِّهِ تَعَالَى  كَوْنُهُ قَادِرًا وَضِدُّهُ كَوْنُهُ عَاجِزًا وَالدَّلِيْلُ عَلَى ذَلِكَ دَلِيْلُ الْقُدْرَةِ

“Wajib bagi haqq Allah SWT sifat Kaunuhu Qadiron (adanya Allah Dzat Yang Maha Kuasa). Mustahil bagi Allah sifat Kaunuhu ‘Ajizan (adanya Allah Dzat yang lemah). Dalil yang menunjukkan bahwa Allah memiliki sifat Kaunuhu Qadiron yaitu dalil sifat Qudroh (Maha Kuasa)”

Muridan – Karihan

وَيَجِبُ فِيْ حَقِّهِ تَعَالَى  كَوْنُهُ مُرِيْدًا وَضِدُّهُ كَوْنُهُ كَارِهًا وَالدَّلِيْلُ عَلَى ذَلِكَ دَلِيْلُ الْاِرَادَةِ

“Wajib bagi haqq Allah SWT sifat Kaunuhu Muridan (adanya Allah Dzat Yang Maha Berkehendak). Mustahil bagi Allah sifat Kaunuhu Karihan (adanya Allah Dzat yang terpaksa). Dalil yang menunjukkan bahwa Allah memiliki sifat Kaunuhu Muridan yaitu dalil sifat Irodah (Maha Berkehendak)”

‘Aliman – Jahilan

وَيَجِبُ فِيْ حَقِّهِ تَعَالَى  كَوْنُهُ عَالِمًا وَضِدُّهُ كَوْنُهُ جَاهِلًا وَالدَّلِيْلُ عَلَى ذَلِكَ دَلِيْلُ الْعِلْمِ

“Wajib bagi haqq Allah SWT sifat Kaunuhu ‘Aliman (adanya Allah Dzat Yang Maha Mengetahui). Mustahil bagi Allah sifat Kaunuhu Jahilan (adanya Allah Dzat yang bodoh). Dalil yang menunjukkan bahwa Allah memiliki sifat Kaunuhu ‘Aliman yaitu dalil sifat ‘Ilmu (Maha Mengetahui)”

Hayyan – Mayyitan

وَيَجِبُ فِيْ حَقِّهِ تَعَالَى  كَوْنُهُ حَيًّا وَضِدُّهُ كَوْنُهُ مَيِّتًا وَالدَّلِيْلُ عَلَى ذَلِكَ دَلِيْلُ الْحَيَاةِ

“Wajib bagi haqq Allah SWT sifat Kaunuhu Hayyan (adanya Allah Dzat Yang Maha Hidup). Mustahil bagi Allah sifat Kaunuhu Mayyitan (adanya Allah Dzat yang mati). Dalil yang menunjukkan bahwa Allah memiliki sifat Kaunuhu Hayyan yaitu dalil sifat Hayyah (Maha Hidup)”

Sami’an dan Bashiron – Ashomma dan A’ma

وَيَجِبُ فِي حَقِّهِ تَعَالَى  كَوْنُهُ سَمِيْعًا بَصِيْرًا وَضِدُّهُمَا كَوْنُهُ أَصَمَّ وَكَوْنُهُ أَعْمَى وَالدَّلِيْلُ عَلَى ذَلِكَ دَلِيْلُ السَّمْعِ وَدَلِيْلُ الْبَصَرِ

“Wajib bagi haqq Allah SWT sifat Kaunuhu Sami’an (adanya Allah Dzat Yang Maha Mendengar) dan Kaunuhu Bashiron (adanya Allah Dzat Yang Maha Melihat). Mustahil bagi Allah sifat Kaunuhu Ashomma (adanya Allah Dzat yang tuli) dan Kaunuhu A’ma (adanya Allah Dzat yang buta). Dalil yang menunjukkan bahwa Allah memiliki sifat Kaunuhu Sami’an dan Kaunuhu Bashiron yaitu dalil sifat Sama’ (Maha Melihat) dan dalil sifat Bashor (Maha Melihat)”

Mutakalliman – Abkama

وَيَجِبُ فِيْ حَقِّهِ تَعَالَى  كَوْنُهُ مُتَكَلِّمًا وَضِدُّهُ كَوْنُهُ أَبْكَمَ وَالدَّلِيْلُ عَلَى ذَلِكَ دَلِيْلُ الْكَلَامِ

“Wajib bagi haqq Allah SWT sifat Kaunuhu Mutakalliman (adanya Allah Dzat Yang Maha Berfirman). Mustahil bagi Allah sifat Kaunuhu Abkama (adanya Allah Dzat yang bisu). Dalil yang menunjukkan bahwa Allah memiliki sifat Kaunuhu Mutakalliman yaitu dalil sifat Kalam (Maha Berfirman)”

Sifat Jaiz bagi Allah

وَالْجَائِزُ فِيْ حَقِّهِ تَعَالَى  فِعْلُ كُلِّ مُمْكِنٍ أَوْ تَرْكُهُ

“Boleh (jaiz) bagi haqq Allah SWT mengerjakan segala sesuatu yang mungkin atau meninggalkannya”

وَالدَّلِيْلُ عَلَى ذَلِكَ أَنَّهُ  لَوْ وَجَبَ عَلَيْهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى فِعْلُ شَيْئٍ أَوْ تَرْكُهُ لَصَارَ الْجَائِزُ وَاجِبًا أَوْ مُسْتَحِيْلًا وَهُوَ مُحَالٌ

“Dalil bahwa Allah SWT bersifat boleh (jaiz) mengerjakan segala sesuatu yang mungkin atau meninggalkannya yaitu seandainya Allah wajib untuk mengerjakan sesuatu yang mungkin atau meninggalkan niscaya sifat boleh (jaiz) tersebut menjadi wajib atau mustahil dan hal tersebut tidak bisa diterima akal (mustahil)”

Baca juga:

Nasab Nabi Muhammad SAW dari Ayah dan Ibu (Penutup)

Sifat Wajib, Mustahil dan Jaiz Bagi Rasul

Muqaddimah (Tijan al-Darori)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *